Sampai sekarang helm DQL masih menjadi perbincangan menarik dikalangan para biker Indonesia khususnya helmet lovers. Helm ini menjadi fenomenal karena disainnya yang bisa dikatakan meniru salah satu helm high class ternama buatan Italy yakni AGV Corsa. Tak cuma cetakan shell, motif dan logo bendera Italy nya pun ikut dibuat persis seperti AGV Corsa.
Lalu seperti apa cerita sebenarnya dibalik helm DQL yang fenomenal ini? Berikut ini kotakhelm.com beberkan fakta tentang helm DQL.
AGV Corsa asli merupakan helm buatan Italy sementara DQL adalah helm buatan china. Helm ini sudah dijual di Ali Express sejak tahun 2017 akhir dengan harga sekitar 900 ribu hingga 1,4 juta rupiah.
Tentu saja bisa, kalau kita lihat faktanya dulu maupun sekarang hampir seluruh produk tidak resmi bisa dijual secara bebas di online maupun offline termasuk barang elektronik seperti Iphone palsu contohnya.
Coba kita lihat langsung di helm, faktanya tidak ada satu pun stiker, logo dari sertifikat yang disebutkan pada deskripsi tersebut ada pada helmnya. Jika memang helm DQL telah lulus uji kelayakan DOT atau ECE seharusnya ada stiker atau logo di helm.
Bahkan merk kecil seperti NJS helmet saja yang harga helmnya rata-rata 300 ribuan punya offical account di Instagram, tapi kenapa yang sekelas 1 juta tidak punya?
Lagi-lagi jawaban untuk pertanyaan ini kembali pada soal legalitas produk itu sendiri. Perusahaan Helm ini terkesan menyembunyikan produknya atau tidak percaya diri dengan produknya sendiri.
Jika helm ini berkualitas dan lolos uji kelayakan, kenapa harus sembunyi-sembunyi? Bukannya Justru malah harus sebaliknya? bangga dengan hasil produknya dan melakukan promosi.
Bisa kita bandingkan dengan helm lain yang harganya di bawah 1 juta misalnya NHK GP 1000, disini saya bukan mau promosiin NHK ya tapi ini hanya sekedar sebagai perbandingan.
NHK GP 1000 harganya sekitar 500 sampai 600 ribuan dengan acc standar belum modifikasi. Fiturnya banyak, udah double visor, kain interiornya halus, busa pipi nya empuk, terdaftar di BSNI, lalu bandingkan sendiri dengan DQL yang harganya 1 jutaan yang bahkan standardisasinya saja diragukan.
Seperti yang saya katakan sebelumnya, helm ini tidak memiliki fitur menarik, hanya helm, lalu motifnya yang ala-ala Valentino Rossi. Saya berani bilang kalau helm DQL ini dipakai cuma untuk gaya-gaya an saja.
Saya coba mencari tahu apakah helm ini populer juga di negara-negara lain atau hanya di Indonesia saja. Menggunakan google trend untuk volume pencarian 90 hari terakhir, ternyata hasilnya cuma Indonesia saja. Ini adalah bukti hasil pencarian dengan keyword "DQL Helmet" dan "Helm DQL" menggunakan google trend,
Sampai saat ini grup komunitas helm DQL yang disebut "DQL Helmet Lovers" sudah beranggotakan 7.685 ribu orang.
Dalam postingan ini saya tidak ingin menyalahkan atau menjelekkan produk tertentu atau orang-orang banyak membeli helm DQL, karena itu uang dan hak mereka sendiri, tapi maksud dari ini semua adalah hanya menjelaskan seperti ini loh bentuk helm DQL itu.
Lalu seperti apa cerita sebenarnya dibalik helm DQL yang fenomenal ini? Berikut ini kotakhelm.com beberkan fakta tentang helm DQL.
1. Buatan China
AGV Corsa asli merupakan helm buatan Italy sementara DQL adalah helm buatan china. Helm ini sudah dijual di Ali Express sejak tahun 2017 akhir dengan harga sekitar 900 ribu hingga 1,4 juta rupiah.
Beberapa harga dan varian helm DQL di situs ali express |
2. Menjiplak AGV
Tidak bisa dibantah dan bisa dilihat secara jelas kalau helm ini memang meniru model AGV Corsa. Terlihat dari motif nya, bentuk shell, model front vent (kecuali front vent tengah ), hingga bentuk chin ventnya sama persis dengan model AGV Corsa atau Pista GP.
Yang kiri AGV, yang kanan DQL, Gimana? mirip banget kan? China sendiri memang tidak diragukan lagi dengan kehebatannya membuat barang tiruan.
3. Produksi Rumahan
Ternyata Helm DQL tidak diproduksi oleh pabrik resmi seperti KYT, ZEUS, AGV dll tetapi hasil produksi pabrik rumahan yang bisa dikatakan tidak resmi.
Lalu kok bisa helm tidak resmi dijual dipasaran?
Lalu kok bisa helm tidak resmi dijual dipasaran?
Tentu saja bisa, kalau kita lihat faktanya dulu maupun sekarang hampir seluruh produk tidak resmi bisa dijual secara bebas di online maupun offline termasuk barang elektronik seperti Iphone palsu contohnya.
4. Tidak memiliki Certificate atau standardisasi keamanan
Di situs Ali Express pada bagian product details, helm DQL motif Tuvullia ini dan motif-motif lainnya tertulis Quality Certificate:Ece-R22/05, lalu kalau kita lihat lagi di Amazon.com, tertulis bahwa helm ini sudah tersertifikasi DOT. Benar nggak sih?
Coba kita lihat langsung di helm, faktanya tidak ada satu pun stiker, logo dari sertifikat yang disebutkan pada deskripsi tersebut ada pada helmnya. Jika memang helm DQL telah lulus uji kelayakan DOT atau ECE seharusnya ada stiker atau logo di helm.
Apa mungkin logo tersebut sengaja tidak dipasang? Saya rasa tidak, mana mungkin logo sepenting itu sengaja tidak dipasang. Logo atau homologasi adalah tanda bahwa helm tersebut telah lolos uji kelayakan.
Mungkin banyak yang berpikir kalau logo bisa dipalsukan, saya jadi ingat kasus NHK yang menempelkan stiker SNELL di salah satu produknya dan ternyata pas di cek di situs resmi SNELL, stiker itu palsu bukan dikeluarkan oleh SNELL. NHK sendiri sempat diberi peringatan oleh SNELL untuk segera mencopot stiker tersebut.
Tidak ada informasi valid mengenai material shell helm DQL, namun saat di pegang dan dirasa dengan tangan shellnya terasa tipis. Bagian EPS juga terasa lunak saat ditekan dengan jari.
Mungkin banyak yang berpikir kalau logo bisa dipalsukan, saya jadi ingat kasus NHK yang menempelkan stiker SNELL di salah satu produknya dan ternyata pas di cek di situs resmi SNELL, stiker itu palsu bukan dikeluarkan oleh SNELL. NHK sendiri sempat diberi peringatan oleh SNELL untuk segera mencopot stiker tersebut.
5. Shell Tipis
Tidak ada informasi valid mengenai material shell helm DQL, namun saat di pegang dan dirasa dengan tangan shellnya terasa tipis. Bagian EPS juga terasa lunak saat ditekan dengan jari.
6. Tidak memiliki landing page
Landing page bisa dikatakan website resmi, situs resmi, atau official account. Situs resmi berfungsi agar kita bisa melihat informasi tentang helm tersebut, mulai dari harga, spesifikasi, hingga perkembangan dan berita terbaru dari produk tersebut. Contohnya seperti kythelmet.com milik KYT, www.zeus-helmets.com milik zeus, atau www.agv.com punya AGV.
Setelah melakukan pencarian di google, instagram, twitter, dan facebook, saya tidak berhasil menemukan situs resmi milik DQL.
Setelah melakukan pencarian di google, instagram, twitter, dan facebook, saya tidak berhasil menemukan situs resmi milik DQL.
Bahkan merk kecil seperti NJS helmet saja yang harga helmnya rata-rata 300 ribuan punya offical account di Instagram, tapi kenapa yang sekelas 1 juta tidak punya?
Lagi-lagi jawaban untuk pertanyaan ini kembali pada soal legalitas produk itu sendiri. Perusahaan Helm ini terkesan menyembunyikan produknya atau tidak percaya diri dengan produknya sendiri.
Jika helm ini berkualitas dan lolos uji kelayakan, kenapa harus sembunyi-sembunyi? Bukannya Justru malah harus sebaliknya? bangga dengan hasil produknya dan melakukan promosi.
7. Harga 1 juta itu mahal untuk..
Awalnya saya sendiri tidak menyangka harga helm ini setalah masuk ke Indonesia mencapai 1 jutaan. Untuk helm tidak legal, menjiplak desain helm lain, tidak memiliki standardisasi, minim fitur, dan tidak punya landing page lalu dibandrol dengan harga 1 jutaan rasanya sangat disayangkan.
Bisa kita bandingkan dengan helm lain yang harganya di bawah 1 juta misalnya NHK GP 1000, disini saya bukan mau promosiin NHK ya tapi ini hanya sekedar sebagai perbandingan.
NHK GP 1000 harganya sekitar 500 sampai 600 ribuan dengan acc standar belum modifikasi. Fiturnya banyak, udah double visor, kain interiornya halus, busa pipi nya empuk, terdaftar di BSNI, lalu bandingkan sendiri dengan DQL yang harganya 1 jutaan yang bahkan standardisasinya saja diragukan.
8. Minim Fitur
Seperti yang saya katakan sebelumnya, helm ini tidak memiliki fitur menarik, hanya helm, lalu motifnya yang ala-ala Valentino Rossi. Saya berani bilang kalau helm DQL ini dipakai cuma untuk gaya-gaya an saja.
Model interior DQL |
9. Pencarian Terbanyak di Indonesia
Saya coba mencari tahu apakah helm ini populer juga di negara-negara lain atau hanya di Indonesia saja. Menggunakan google trend untuk volume pencarian 90 hari terakhir, ternyata hasilnya cuma Indonesia saja. Ini adalah bukti hasil pencarian dengan keyword "DQL Helmet" dan "Helm DQL" menggunakan google trend,
Pencarian terbanyak menurut wilayah |
Jumlah pencarian (data google trend) |
10. Komunitas DQL Helmet di Facebook cuma ada di Indonesia
Sampai saat ini grup komunitas helm DQL yang disebut "DQL Helmet Lovers" sudah beranggotakan 7.685 ribu orang.
Dalam postingan ini saya tidak ingin menyalahkan atau menjelekkan produk tertentu atau orang-orang banyak membeli helm DQL, karena itu uang dan hak mereka sendiri, tapi maksud dari ini semua adalah hanya menjelaskan seperti ini loh bentuk helm DQL itu.